Fine! Begini Saja

Sosok itu, gadis dengan wajah paling menyiksa, mengunciku di sini. Tak bisa lagi berkelit, aku menerima pertemuan ini dengan rasa campur aduk. Taman indah, bangku kosong, sepi. Pas sekali dia menyeretku ke sini. Kami duduk berhadapan bersama perasaan yang bertabrakan tak karuan.

“Aku ingin menjawab yang kemarin,” katanya.

“Aku tahu,” kataku.

“Kamu pasti tidak suka aku,” akunya.

“Sok tahumu melebihi sok tahuku,” akuku.

“Kau tahu bagaimana perasaanku padamu?” tanyanya.

“Menurutmu aku tahu perasaanmu?” tanyaku.

“…” diamnya.

“…” diamku.

“Mmm,” gumamnya.

“Mmm,” gumamku.

“Jadi…,” lanjutnya.

“Lalu…,” lanjutku.

“Ya, begitulah,” katanya. Dia tersenyum sungkan.

Fine! Begini saja,” kataku. Aku tersenyum lega.

Itu adalah kenangan paling mengesankan antara aku dan sahabatku. Pertemuan itu mengakhiri penyiksaan yang menyerang batinku. Siapa sangka kalau rasa persahabatan ini lebih manis dan menjadikanku lebih kuat. Memberi dan menerima, hingga kami terlibat dalam sebuah momen.

“Bagus, ini temanku,” katanya.

Melihat sosok berwajah menyiksa di sebelahnya, jantungku berhenti.

“Namanya Indah.”

14 thoughts on “Fine! Begini Saja

  1. Ping-balik: menyedihkan belum lagi kelar padang gempa 7.3 di maluku kok bisa berterusan begini apa benar bumi udah bopon? | Indonesia Search Engine

  2. + “Nama kamu siapa?”
    – “Yah, nama saya indah.”
    + “…iya, nama kamu siapa?”
    – “Lho, nama saya indah, Pak!”
    + “Ih, kamu ini, mana saya tahu kalo nama kamu indah dan bagus kalo kamu gak mau ngasih tahu saya nama kamu??”
    – “Ya oloh Pak, Indah itu nama saya!”
    + “…..oh, gitu ya…”

  3. Hiks8 jadi inget persitiwa 7 tahun lalu, “Fine! Begini saja,” katanya. Dan saya tersenyum -dengan terpaksa-

    Loh curcol sayahhh… 🙂

    Selamat kontes… 😀

Tinggalkan Balasan ke Lambertus Wahyu Hermawan Batalkan balasan