Tiga Sahabat dan Perpisahan

Abdi (kiri), Iman (tengah), dan Heng (kanan) sedang menikmati masa terakhir pertemuan mereka di pinggir kolam pemancingan, tempat mereka biasa menghabiskan waktu.

Iman:
“Sampai sekarang pun matahari terbenam itu masih kelihatan indah kalau dilihat dari sini.”

Abdi:
“Kamu ini ya… sukanya bermelow-melow ria kalau sudah sore gini.”

Heng:
“Kayak kamu nggak kenal Iman aja, Di!”

Abdi:
“Hahaha… iya… Ngomong-ngomong, besok kita sudah pulang ke kota masing-masing nih. Kapan kita bisa ketemu lagi?”

Heng:
“Kapan ya? Nggak tahu…”

Iman:
“Yang penting kita masih bisa berkomunikasi. Iseng-iseng kirim SMS kan juga bisa.”

Heng:
“Aku bakal rindu kolam ini juga sepertinya. Prestasi bisa menangkap ikan besar.”

Abdi:
“Kalau sempat, aku juga bakal main ke rumah kalian berdua.”

Iman:
“Ide bagus. Rasanya aku juga ingin mengunjungi rumah kalian, terutama rumahnya Heng.”

Abdi:
“Memangnya ada siapa di rumahmu, Heng?”

Heng:
“Oh, kamu belum tahu ya, Di? Calon adik iparku nih!”

Iman:
“Heh?! Nggak usah bersandar gitu napa? Kayak homo aja! Jijik!”

Abdi:
“Semoga perpisahan kita bertiga ini bisa menyembuhkan penyakitmu, Heng.”

Heng:
“Kalian berdua ini asal banget ya! Aku ini kan yang paling nggak kuat kalau ada acara perpisahan kayak gini.”

Abdi:
“Eh, kamu nangis, Heng?”

Iman:
“…”

Heng:
“Sekali-kali nangis juga nggak apa-apa, kan? Toh kita ini manusia. Terima kasih kalian sudah mau bersahabat denganku yang hina ini.”

Abdi:
“Ngomong apaan sih kamu, Heng? Kita ini memang kompak. Dan akan selalu seperti itu sampai kapan pun.”

Iman:
“Iya. Aku juga setuju. Aku sudah menganggap kalian berdua sebagai saudaraku sendiri. Ini bukan perpisahan. Tapi awal dari bentuk persaudaraan kita yang baru. Kita sedang diuji, apakah kita tetap bisa seperti ini walau ada jarak yang memisahkan kita.”

Abdi+Heng:
“Iya.”

Heng:
“Kita buktikan kalau kita memang trio yang luar biasa!”

Abdi:
“Setuju!”

Iman:
“Kalau begitu… mungkin kita bisa kembali ke kos masing-masing sekarang. Aku harus siap-siap dulu.”

Abdi:
“Iya, aku juga.”

Heng:
“Hmm… males packing…

Iman:
“Mulai lagi nih penyakitnya…”

= = = = = = = = = = = = =

Ini adalah program baru saya. Kalau biasanya saya bikin tulisan dulu baru cari gambar, sekarang saya coba untuk cari gambar bagus baru dibuat ceritanya. Dan beginilah seterusnya, saya akan buat program ini sebuah cuplikan dialog. Cerita-cerita lainnya akan menyusul…

11 thoughts on “Tiga Sahabat dan Perpisahan

  1. Waah Bagus mbert, aku dlu juga pernah gitu aku nemu gambar trus nulis2 gak jelas gitu (cenderung lucu sesuai gambar) hahaha 😀
    siip mbert, teruskan bakat menulisnya

  2. mantaps! dari awal liat foto, saya juga sempet mikir, ini nemu gambar dulu apa cerita dulu yah?? 😀 ternyata dijawab di bagian bawah.. ini emang cara paling oke kalo lagi pengen nulis tapi bingung bahannya: cari gambar–> bikin ceritanya. 🙂

    btw, masyaAllah.. cerita perpisahan tiga sobat ini persis ngingetin saya waktu kasih tau sobat2 di bandung kalo saya mo dines di pontianak.. dan..salah satu dr sobat ane juga rada “menitikkan air mata” lo!!! dan..yang bikin kagetnya, ada bagian yang mirip di dialognya:
    ———————————————————————————-
    “Heng:
    “Oh, kamu belum tahu ya, Di? Calon adik iparku nih!”
    Iman:
    “Heh?! Nggak usah bersandar gitu napa? Kayak homo aja! Jijik!”
    Abdi:
    “Semoga perpisahan kita bertiga ini bisa menyembuhkan penyakitmu, Heng.”
    ——————————————————————————–
    gile, jadi nostalgila gini..

    anyway.. great post here!!!

      • *dng malu-malu: iyah, bagian ituh jugha.. biasa, candaan trio jomblo waktu skolah dulu di smansa bandung.. sampe ada sebutan Trio IHI segala (Ikatan Hombrenk Indonesia)wakakakakak …

        maklum, dulu itu kami trio arjuna ganteng yang bertahan menjomblo..bukan gak laku, loh! wakaka… para gadis aja senewen ma kita2 yang jaimnya sempurna.. :mrgreen:

Tinggalkan Balasan ke Lambertus Wahyu Hermawan Batalkan balasan